Senin, 15 Oktober 2012

Proses Pembuatan Kain Sasirangan

  Secara kronologis proses pembuatan kain sasirangan adalah sebagai berikut:
1.      Melukis atau Menggambar
Mula-mula pada kain putih dilukis suatu motif yang diinginkan, kain putih ini bisa dari bahan katun, santung, balacu, kaci, king, primasima, satin, atau sutera, sesuai keinginan. Melukis cukup mempergunakan pensil biasa asal hasil garis-garis lukisan tampak jelas.
a.       Melukis atau menggambar dengan langsung dan bebas sesuai dengan lukisan atau gambar yang diinginkan, misalnya melukis selembar daun, bunga, dan bintang.
b.      Melukis atau menggambar dengan mempergunakan pola atau mal yang telah ada. Pola atau mal yang telah berlubang-lubang seperti garis lurus, garis lengkung, bundar, dan sebagainya. Pola atau mal diletakkan di atas kain putih yang akan dilukis. Setelah selesai, pola atau mal diletakkan ke samping kain untuk mendapatkan gambar-gambar yang sama sehingga mendapatkan kain sasirangan yang seragam motifnya dalam jumlah banyak.
2.      Menjahit atau Menjelujur
Kain yang telah dilukis dijahit(dijelujur) dengan cara mengikuti garis-garis hasil lukisan. Kadang-kadang jahitan ini bisa hanya berupa ikatan dengan benang, manakala jahitan(jelujur) tersebut telah selesai untuk selembar kain, maka benang-benang tersebut ditarik kuat(disisit) sehingga tampak hasilnya, kain yang dijahit tersebut mengkerut.
3.      Memberi Warna
Baskom yang telah disiapkan ditaburi bubuk warna(misalnya bubuk warna produksi WS Willy dan Son Chemical Industries) yang diinginkan. Bubuk warna itu dicairkan dengan air panas, kemudian diaduk dengan wancuh atau potongan kayu sampai cairan warna benar-benar tampak merata. Kain yang telah dijahit kemudian dicelupkan ke dalam baskom tersebut. Harus diingat, ketika mencelupkan kain ke dalam baskom kedua tangan kita harus mempergunakan sarung tangan dari karet tebal yang panjangnya sampai ke siku. Kain tersebut harus diremas-remas, dibolak-balik beberapa kali, sehingga warna yang diinginkan benar-benar telah merata dengan baik. Kain tersebut kemudian dibiarkan(ditiiskan) lebih kurang 30 menit.
Setelah selesai mewarnai hendaklah mencuci tangan bersih-bersih dengan sabun. Lebih-lebih ketika akan memegang makanan karena bubuk pewarna itu merupakan bahan kimia.
4.      Melepaskan Benang Jahitan
Apabila kain yang telah diberi warna tersebut sudah agak kering, selanjutnya benang-benang jahitan atau ikatan pada kain dilepaskan seluruhnya sehingga dapat terlihat kain sesuai warna yang diingankan itu.
5.      Pengawetan Warna
Kain selanjutnya dicelupkan ke dalam larutan pengawet warna selama beberapa menit agar warna kain dapat awet.
6.      Dicuci dan Dikeringkan
Kain yang sudah selesai diberi warna dan cairan pengawet kemudian dicuci dan dikeringkan. Mengeringkannya dengan cara digelar(didadai) di tempat teduh dan tidak terkena sinar matahari langsung.
7.      Disetrika
Setelah kain benar-benar kering, selanjutnya disetrika agar kain menjadi licin.


Sumber:
Seman, Syamsir. 2010. Sasirangan Kain Khas Banjar. Banjarmasin: Lembaga Pengkajian dan Pelestarian Budaya Banjar Kalimantan Selatan.


Jenis-jenis Paragraf


            Paragraf adalah rangkaian kalimat yang tersusun secara logis dan membentuk satu kesatuan makna. Dalam sebuah paragraf selalu ada pikiran utama. Pikiran utama atau gagasan utama atau gagasan pokok adalah inti paragraf yang mendasari seluruh isi paragraf.
Sebuah paragraf alenia dapat dikembangkan dengan beberapa pola yaitu pola pengembangan seperti pola pengembangan narasi, deskripsi, eksposisi, argumentasi, dan persuasi. Paragraf yang baik harus memenuhi syarat berikut:
1.Kesatuan yaitu paragraf harus memperhatikan dengan jelas suatu maksud dalam bentuk kalimat pokok.
2.Koherensi yaitu kalimat satu dengan kalimat yang lain saling berhubungan
3.Perkembangan alenia yaitu gagasan pokok harus dikembangkan dengan perincian yang lebih konkret agar lebih jelas.
Jenis-jenis paragraf:
1.      Dilihat dari letak kalimat utama
a.      Paragraf Induktif  atau Induksi
Paragraf yang letak kalimat utama di akhir paragraf.
Kalimat utama sama dengan kalimat inti sama dengan gagasan pokok sama dengan ide pokok.
                        Kalimat utama dapat dikenali:
- Apabila kalimat itu dapat dijadikan pertanyaan
- Apabila kalimat itu dapat dijadikan topik pembicaraan
  b.   Paragraf Deduktif
                      Paragraf yang letak kalimat utama di awal paragraf.
c.       Paragraf Campuran(Deduktif-Induktif)
Paragraf yang letak kalimat utama di awal-akhir paragraf.
2.      Dilihat berdasarkan isi
a.      Paragraf Narasi
1.      Mengenal Karakteristik Paragraf Narasi
Sebuah paragraf dapat disebut paragraf narasi bila memenuhi ciri-ciri berikut:
a.       Menyajikan serangkaian cerita atau peristiwa dan kejadian
b.      Disajikan dalam urutan waktu serta kejadian yang menunjukkan peristiwa awal sampai pada akhirnya
c.       Menampilkan pelaku peristiwa atau kejadian
d.      Latar setting digambarkan secara hidup dan terperinci
2.      Struktur Paragraf Narasi
a.       Pembuka narasi(berisi awal atau kejadian yang akan menjadi bahan cerita
b.      Isi narasi(berisi peristiwa atau kejadian yang diceritakan)
c.       Akhir narasi berisi peristiwa akhir dalam cerita
3.      Pola Pengembangan
a.       Pola hubungan kejadian(pengembangan narasi kejadian)
Contoh:
            Pertandingan lebih dominan pada penempatan bola net. Perpindahan pola pun sering mendebarkan jantung, karena bola hanya berada beberapa sentimeter saja di bibir net. Setiap pemain yang berhasil menerapkan pola ini pasti memiliki ketahanan stroke. Pola demikian merupakan bagian permainan selama ini. Ada juga pasangan menantang lawan untuk terus menerus melepaskan pasangan smes agar tenaga lawannya terkuras.
b.      Pola pengembangan runtut kejadian(narasi runtut kejadian)
 Pola pengembangan narasi jenis ini merupakan suatu urutan tindakan-tindakan atau perbuatan-perbuatan untuk menciptakan atau menghasilkan sesuatu urutan dari suatu kejadian atau peristiwa. Pola pengembangan ini mengarah pada proses terjadinya sesuatu.
Contoh:
            Pada saat truk mogok di tengah sungai, tiba-tiba datang air bah yang langsung menyeret truk, dan menghempaskan para penumpangnya ke dalam jurang yang dalam 25 meter. Terjangan dan hempasan banjir menyebabkan 22 penumpang tewas hanyut dan tenggelam. Lima belas diantaranya hanyur terbawa banjir. Sebelas orang selamat, termasuk supir dan pembantunya, sedangkan 19 penumpang lainnya tidak jelas nasibnya ketiga belas penumpang di duga meninggal di tempat kejadian sebelum pertolongan tiba.
Pada contoh yang diceritakan adalah proses terjadinya kecelakaan yang dialami oleh truk yang syarat dengan penumpang.
c.       Pola hubungan mula dan akhir
Selain dengan pola-pola pengembangan di atas narasi juga dapat dikembangkan berdasarkan urutan mula dan akhir.
Contoh:
            Di dalam bus kota yang tengah melaju kencang di jalan Sudirman siang itu, tampak seorang gadis manis sedang menjajakan makanan dan minuman kecil. Jika dilihat sekilas, gadis itu jauh dari yang dikatakan orang tak mampu apalagi gembel. Kulitnya terlihat putih bersih, rambut rapi, bahkan pemakaiannya pun terlihat mewah dan dari barang mahal. Aku jadi bertanya, kenapa di antara deru kendaraan besar itu justru gadis itu menjadi sosok menarik di mataku.
b.      Paragraf Deskripsi atau Deskriktif
Paragraf yang bersifat menggambarkan atau melukiskan sesuatu. Ciri-cirinya ada deskripsi ruang atau tempat yang jelas.
Contoh:
Stadion sepak bola itu sangat besar. Ukuran lapangan tandingnya saja 70 m2 x 1.000 m2. Terbayang bukan betapa luasnya. Belum lagi deretan kursi-kursi dan bangku panjang berwarna-warni berderet dari kiri ke kanan. Untuk memasuki stadion itu, pintu yang dilewati juga berukuran besar dan tinggi terbuat dari bahan kayu ulin yang sangat tebal.
c.       Paragraf Eksposisi
Bersifat menguraikan dengan ciri-ciri berupa uraian dan definisi.
Jenis-jenis Eksposisi:
1.   Eksposisi proses adalah menguraikan proses terjadinya sesuatu (cara pembuatan)
Contoh:
Cara Pembuatan Tempe:
a.       Siapkan 1 kg kacang kedelai
b.      Kupas kulitnya sampai bersih
c.       Rebus dengan air secukupnya
d.      Angkat dan tiriskan
e.       Beri ragi sesuai kebutuhan
f.       Buat adonan segi empat, bungkus di dalam daun, letakkan pada suhu kamar(40o C) selama 3 hari
g.      Setelah 7 hari, tempe siap dikonsumsi
2.   Eksposisi uraian
Contoh:
Membaca sebagai proses kreatif manusia dalam memahami informasi tertentu dari berbagai sumber. Membaca juga berarti penerjemahan simbol-simbol bahasa secara bermakna kemudian ditangkap oleh alat indra berupa mata dan ditransferkan ke otak untuk dipahami secara utuh.
d.      Paragraf Argumentasi
Paragraf yang bersifat mengajak pembaca untuk mengikuti pendapat si penulis. Pendapat itu biasanya disertai fakta berupa data statistik yang bisa diyakini kebenarannya. Cirinya berupa ajakan tetapi tidak bersifat mutlak.
Contoh:
Dari hasil penelitian dan penyelidikan Kepolisian Republik Indonesia ditemukan data bahwa 40 orang saksi kunci kasus pembunuhan Nasrudin mantan Direktur Rajawali Banjaran menyatakan sikap membenarkan Antasari Ajhar sebagai pembunuh dan otak dari kasus ini. Opini yang beredar di masyarakat pun turut membenarkan Antasari Ajhar, akan tetapi belakangan beberapa saksi melakukan perubahan BAK(Bukti Analisis Kasus). Akibatnya masyarakat menjadi bingung oleh kondisi itu, jadi sekarang terserah masyarakat menilai kasus tersebut ikut arus atau menunggu verifikasi fakta sebenarnya.
e.       Paragraf Persuasi
Bersifat mempengaruhi pembaca untuk benar-benar mengikuti pendapat penulis. Cirinya ada kalimat ajakan(ayo, mari, hendaklah, sebaiknya), biasanya persuasi juga bersifat iklan.
Contoh:
            Sampah merupakan masalah di masyarakat, pada musim hujan sampah berdampak terjadinya banjir di samping menimbulkan bau dan bibit penyakit. Oleh karena itu masyarakat yang bijaksana hendaknya jangan membuang sampah sembarangan.

Sumber: Syafi'i, Imam dan Iman Subana. 1994. Terampil Berbahasa Indonesia. Jakarta: Balai Pustaka